Di dalam heningnya malam. Rembulan dan ribuan bintang bersembunyi di balik kegelapan malam. Tiada setitikpun cahaya. Tanpa keindahan. Hanya hitam. Pekat membungkus seluruh bumi.
Di sepanjang jalan laladon. Satu persatu lampu jalan berjejer rapi. Berpendar-pendar berusaha menerangi sekelilingnya. Rintik hujan malam ini berhasil membasahi seantero kota Bogor.
Malam ini adalah malam yang akan menjadi saksi seorang santri lulusan pondok modern gontor, Ponorogo menginjakkan kakinya di kota hujan. Suasana haru, suka, cita, cinta, sedih, marah, kecewa, gembira, semuanya berkecamuk dalam batinnya. Sayang tidak akan ada yang tahu. Hanya dirinya dan Tuhanlah yang tahu isi hatinya saat ini. Santri yang dinyatakan lulus di Institute Pertanian terkemuka di kota Bogor ini tak bisa melepaskan kenang-kenangan masa lalunya yang indah bersama kedua temannya. Teman tempat mereka merajut semua mimpi. Mimpi bersama Berkunjung ke tanah kelahiran para nabi. Namun sayang semuanya kandas di tengah jalan. Sekarang mereka berada di tempat terpisah dalam ruang dan dimensi yang berbeda.
Izzudin. Mahasiswa baru jurusan tekhnologi pangan Institute Pertanian Bogor. Ia beranjak dari keluarga yang berada di dalam pelosok Indonesia. Ia terlahir sebagai seorang anak yatim yang di tinggalkan ayahnya semenjak berada dalam perut kandungan ibunya. Umi Fatimah. Sosok seorang ibu yang sangat menyayanginya terbayang di pelupuk matanya. Dengan segala pengorbanan yang telah dilakukannya hingga mengantarkan izuddin pada sebuah pesantren modern gontor, Ponorogo. Dan akhirnya lulus dengan nilai mumtaz.
Butiran air mata mulai menjalar dari kedua bola mata izuddin. Air mata yang tulus memancarkan kerinduannya akan kasih sayang seorang ibu yang selama ini telah mendidiknya hingga menjadi anak yang saleh. Namun apa yang telah ia berikan kepada umi Fatimah. Sungguh belum seberapa dengan pengorbanan umi Fatimah selama ini.
Jalan menuju kampus perjuangan sudah berada di depan mata. Hanya tinggal beberapa langkah saja. Dengan hati mantap, izuddin melangkahkan kakinya untuk pertama kali di kampus tercinta.
“ Selamat Datang di Kampus Perjuangan. Institut Pertanian Bogor”.
***
“Kakak, jangan lupa pulang ke Jakarta ya…” pinta annisa kepada kakaknya sebelum berangkat ke Bandung untuk melanjutkan masa studinya setelah dinyatakan lulus dari Pondok Modern Gontor.
“Iya nisa. Kakak janji akan sering tengok Ibu dan Anisa. Bandung-Jakarta kan dekat. Bisa di tempuh hanya dalam waktu maksimal 4 jam. Itupun kalau macet. Jadi tak mungkinlah kakak sama kayak dulu. Kalau dulu kan jauh. Jadi wajar kalau kakak jarang pulang” jawab nadhif.
“Iya nisa. Biarlah kakakmu berangkat dengan tenang. Ibu hanya bisa mendo`akan yang terbaik saja untuk kalian berdua. Hanya itu yang bisa ibu berikan. Setelah bapak kalian meninggal. ibu tidak bisa berbuat banyak buat kalian.” Sahut ibu aminah sambil meneteskan air mata dari kedua bola matanya yang bening. Terlintas di benak ibu aminah raut muka suaminya. Sebelum suaminya meninggal. Ia menitip pesan kepada aminah untuk menjaga dan merawat anaknya dengan sebaik-baiknya.
“Ibuuu… maafkan nadhif bu.., apabila selama ini ada perkataan atau perbuatan nadhif yang telah melukai hati ibunda. Sungguh ananda tidak akan pergi tanpa restu dari ibunda” sambil mencium tangan ibu aminah. Nadhif tak kuasa menahan haru yang terpendam dalam hatinya.
Pagi itu, sempurna melengkapi kebahagian keluarga ibu aminah. Setelah satu minggu yang lalu nadhif kembali dari Ponorogo dan selama 6 tahun masa pedidikannya di Pondok, ia tidak bertemu dengan ibu aminah. Rasa rindu yang amat sangat tentu dirasakan oleh mahasiswa baru jurusan teknik perminyakan Institut Teknologi terkemuka di Bandung itu. Kini ia harus kembali lagi pergi untuk merajut masa depannya. Ia harus melakukan registrasi ulang untuk mahasiswa baru dan disusul satu hari setelah itu akan ada brifing untuk persiapan ospek.
Langit pagi ini terlihat begitu indah, burung-burung berkicauan hilir mudik kesana-kemari. Semilir angin membawa kesegaran bagi ibu kota Indonesia tercinta. Rumput-rumput di taman kota bergoyang ria menyambut indahnya pagi. Semburat merah terpancar dari aura kehangatan sang matahari pagi. Perjalanan Jakarta-Bandung untuk yang pertama kali sungguh sangat mengesankan. Begitulah perasaan nadhif saat ini. perasaan senang sekaligus sedih, karena harus kembali berpisah dengan adik dan ibunda tercinta untuk yang kesekian kalinya.
***
“Assalamualaikuam… Pak”
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh…Eh Dek hanif sudah mau masuk kuliah ya ?. Wah padahal baru saja pulang dari jawa satu bulan yang lalu, sudah langsung mau kuliah saja. Kau memang anak yang cerdas” Jawab pak andi (Penjaga keamanan Perumahan Griya Asri Depok) kepada hanif ketika hendak berangkat ke kampus.
“Amiin.. Bapak bisa saja, setiap orang memang sejatinya dilahirkan untuk menjadi anak yang cerdas Pak, tapi yang membedakan adalah seberapa besar usaha yang dilakukan anak tersebut agar menjadi anak yang cerdas dan ukuran kecerdasan tidak semata-mata hanya dilihat dari tingkat intelektualnya saja Pak, tapi yang terlebih penting dari itu adalah kecerdasan hati kita. dan Bapak memiliki itu semua. Hanif kagum bisa mengenal Bapak. Kebetulan hari ini hanif ada pemberitahuan untuk persiapan Orientasi Kehidupan Kampus dari kakak-kakak senior, kalau mulai masuk kuliahnya insyaallah satu minggu lagi Pak.” jawab hanif seraya berpamitan kepada pak Andi dengan mencium tangannya.
“Ah Dek hanif bisa saja… Sungguh beruntung ummi Salamah memiliki anak yang cerdas dan baik hati seperti mu Hanif. Hati-hati ya di jalan. Semoga limpahan rahmat dan kasih sayang Allah tetap tercurahkan kepadamu Nak.” Lirih pak Andi kepada hanif setelah berpamitan.
Mata bening pak Andi tiba-tiba mengeluarkan butiran air mata yang indah tiada kira. putih seindah permata. Ia teringat anak sulungnya yang telah meninggal empat tahun yang lalu setelah merayakan kelulusan SMPnya dengan bermain sepeda motor nge-treck bersama rekannya.
“Andaikan ia masih ada, tentu seumuran dengan Dek Hanif” Dalam hati pak Andi bergumam mengenang betapa rindu ia kepada anak semata wayangnya itu.
Hanifan Arishi, Mahasiswa baru Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Indonesia, kini memulai masa orientasi kehidupan kampus. Sebuah perbekalan yang harus dilaluinya sebelum memasuki dunia perkuliahan. Agar dapat beradaptasi dengan baik selama proses pembelajaran.
Sepanjang perjalanan Margonda Raya menuju Kampus Universitas Indonesia macet total. Pagi-pagi seperti ini biasanya sebagain besar penduduk Depok bergegas ke arah Jakarta untuk mencari rezeki yang telah Allah anugrahkan kepada setiap hamba-Nya yang hidup di atas permukaan bumi. Bunyi klakson saling bersahutan dari mobil satu ke mobil yang lainnya. asap kendaraan mengepul di sepanjang perjalanan menuju kampus. Bau busuk asap menusuk lubang hidung. Tak jarang ada juga orang yang hilir mudik menyebrang jalan, membuat jalan semakin macet. Untungnya pagi ini hanif sengaja berangkat jam 6 pagi agar tidak terlambat mendapatkan arahan dari kakak-kakak senior. Ia tidak setuju kalau orang Indonesia dikenal sering terlambat. Tidak semua orang bisa disamakan dalam berbagai hal. Termasuk “keterlambatan”. Buktinya hanif tidak pernah terlambat dalam setiap kegiatan. karena ia tahu “waktu adalah bagaikan pedang”.
***
Suara telepon genggam berdering. Mengagetkan Izzudin yang baru saja merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dengan tubuh ringkihnya ia mencoba untuk mengumpulkan tenaga yang masih tersisa untuk mencoba membuka mata, kemudian bergerak mengambil telepon genggam yang terletak di atas meja. Tak jauh dari tempat tidurnya. Setelah tiga hari perjalanan dari pelosok Indonesia menuju Bogor. Tentu amat sangat melelahkan.
Satu pesan singkat ditujukan padanya. Dengan mata yang masih layu, ia melirik ke arah sudut atas layar telepon genggam miliknya.
“Masih jam setengah tiga pagi, siapa yang sms pagi-pagi buta seperti ini. ada-ada saja.” gumam izzudin dalam hati.
Ok. Akhirnya ia menekan tombol ok untuk membaca isi pesan singkat yang di tujukan kepadanya. Siapa tahu memang sangat penting. Bahkan jauh lebih penting dari pada rasa lelahnya setelah tiga hari menempuh perjalanan yang sangat melelahkan.
“ Assalamualaikum wr. wb. Akhi kaifa khalukum ?. kau pasti sudah sampai Bogor bukan?. Jangan lupa, malam ini adalah malam jum`at. Malam yang selalu kita gunakan untuk bermunajat kepada Illahi Robbi disepertiga malam yang telah dijanjikan-Nya. Semoga apa yang kita cita-citakan akan terkabulkan dikemudian hari. Berkunjung ke tanah kelahiran para nabi. Menyaksikan betapa indah penciptaan Allah azza wajalla di negeri seribu menara. Yakinlah itu selalu akhi, walaupun kita sudah berada di suatu tempat yang berbeda, tapi hati kita tetap berada dalam satu tempat yang sama. Egypt is waiting for us. Never Ending Struggle to reach our dreams!.
Your Best Friend
Hanifan Arishi”
“Astagfirullahal Adziim. Ternyata apa yang aku duga benar. Sms ini jauh lebih penting dari pada rasa lelahku. Aku belum mendirikan shalat malam. Seberapa lelah perjalananku tiga hari ini belum seberapa di bandingkan dengan perjuangan para sahabat nabi dulu”.
“Waalaikumusalaam wr. wb. Alhamdulillah inni bi khoir akhi. Tepat sekali dugaanmu. Kau memang paling jago masalah perhitungan. Apa lagi masalah ketepatan waktu. Baru 4 jam yang lalu ana sampai ke Bogor. Syukran telah mengingatkan. Insyaallah ana akan selalu ingat mimpi-mimpi kita bersama. kalian adalah motivasi terbesar dalam hidupku setelah Robb, Rasul, Ummi dan Abbi.
Your Truly Friend. Muhamad Izzudin”
“Sama-sama akhi. Sesama sahabat memang harus saling mengigatkan. kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Itu yang namanya sahabat sejati. Tidak hanya ada ketika kita dalam keadaan suka, tetapi juga selalu ada ketika kita sedang berduka. Have a nice Pray akhi. Tataplah istiqomah, karena Istiqomah itu lebih baik dari pada seribu karomah. Hanif Arishi.”
Langit terlihat begitu menawan. Ribuan bintang tersebar luas dihamparan langit yang hitam. Rembulan sempurna bulat menerangi bumi. Menentramkan hati yang memandangnnya. Kerlip bintang terlihat seperti lampu yang berpendar-pendar. Sungguh sangat indah. Malam ini memang sangat berbeda dengan malam-malam biasanya. Malam ini adalah malam yang amat sangat mambahagiakan. Disaksikan seribu malaikat yang turun dari langit. Disaksikan seribu bintang yang membentuk ribuan formasi diatas sana. Disaksikan rembulan yang sempurna bulat tiada kira indahnya. Tepat disepertiga malam yang telah Engkau janjikan, Izzudin takzim menengadahkan tangannya. Bermunajat kepada-Mu. Menginginkan Cinta dan Kasih-Mu tercurah untuk dirinya, keluarganya, kerabat dekatnya dan semua orang yang mengenalnya. Ia tulus mencintai-Mu ya Allah. Ia ingin mencintai-Mu dengan sebenar-benarnya Cinta . Cinta yang hakiki.
Cinta Ilahi, Cinta yang Hakiki….
Ketika cinta tumbuh dan merekah memecah keheningan malam…
Bulan dan bintang seakan menari Menghiasi indahnya kegelapan…..
Di atas sajadah cinta, seorang hamba merasakan getaran yang berbeda….
Tatkala air mata jatuh melebur di atas pipi yang merah merona…
Keringat bercucuran tak berdaya…
Membanjiri sekujur tubuh yang sedang di madu Cinta…
Cinta…
Apakah itu Cinta ?
Sebuah rasa yang terpendam dalam lubuk hati….
Membakar sekujur jiwa seorang hamba…
Ataukah Cinta…
Hanyalah perasaan biasa yang hinggap menghampiri hati untuk sementara…
Ketika fajar datang menyongsong pagi nan ceria…
Ayam berkokok membangunkan seorang hamba yang tertidur lelap…
Setelah merasakan indahnya dalam buaian cinta….
Cinta yang tak hanya sekedar perasaan semata…
Tapi cinta yang telah membuatnya sadar akan kelemahan dan kehinaan dirinya….
Ya… Rabb sang penguasa cinta….
Ijinkanlah hamba-Mu mencintai-Mu…
Dengan sebenar-benarnya Cinta…
Cinta yang hakiki……
Poem written By Muhamad Soleh
Musholla Izzatul Islam, FMIPA UI Pukul 11.05 WIB
Rabu, 9 Desember 2009
***
“ Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sayangilah hamba-Mu yang lemah dan hina ini. Sungguh hamba tidak bisa hidup tanpa perlindungan dan anugrah kasih sayang dari-Mu ya Allah.
Ya Allah yang maha agung. Sayangilah dan kasihilah bunda dan annisa ya Allah. Sungguh hanya Engkau yang maha pengasih dan maha penyayang. Tidak ada siapapun yang patut hamba memohon semua ini kecuali hanya kepada Engkau ya Allah. Karena Engkau adalah tempat hamba memohon dan meminta bantuan. Ampunilah segala dosa yang telah hamba perbuat akibat kekhilafan selama ini. Ampunilah dosa Bunda dan annisa ya Allah. Mereka berdua adalah mutiara terindah yang Engkau anugrahkan kepada hamba.
Ya Allah, Hamba titip salam untuk Ayah tercinta. Ia pasti sedang tersenyum bersama dengan orang-orang yang Engkau kasihi. Ampunilah semua dosa yang telah beliau lakukan selama di dunia. masukkanlah beliau ke syurga-Mu bersama dengan orang-orang yang telah Engkau pilih. Sungguh hanya lantunan do`a ini yang bisa hamba persembahkan untuk ayahanda.
Ya Allah. Jika hamba boleh meminta sesuatu yang amat sangat membuat hamba semakin bersyukur atas nikmat yang telah Engkau anugrahkan kepada hamba. Ijinkanlah hamba-Mu untuk berkunjung ke tanah kelahiran para nabi bersama rekan terbaik hamba ya Allah. Hamba yakin, suatu saat nanti Engkau pasti membukakan jalan untuk itu semua. Walaupun kami sudah tidak bersama lagi. Tapi hati kami tetap berada dalam jalinan ukhwah islamiah. merasakan betapa indah persaudaraan berlandaskan keislaman. Terima kasih atas nikmat iman dan islam yang Engkau anugrahkan kepada hamba, keluarga hamba beserta rekan terbaik hamba. kami bangga menjadi seorang muslim. Jaga dan lindungi kami ya Allah.
Amiin.”
Lantunan Do`a-do`a terpilin indah terbang ke angkasa. Mengguncangkan Ars-Mu yang maha mulia. Meneguhkan hati seorang hamba yang tiada pernah lelah memuja dan memuji keagungan dan kebesaran-Mu. Semburat kilat malam ini seakan melukiskan lukisan paling indah di atas hamparan langit-Mu. Mirip seperti rangkaian huruf dalam tulisan arab. Indah seperti kaligrafi. Huruf mim (ﻢ), shod (ﺺ ) dan ra(ﺮ) ( ﻤﺼﺮ = Mesir ) terukir dengan jelas di atas sana. Malam ini nadhif kembali bermunajat kepada-Mu.
Drrrrr… drrrr… Getar telepon genggam memecahkan lamunan nadhif yang sedang menerawang di negara seribu menara. Drrrr…..drrrr… untuk yang kedua kalinya handphone tersebut bergetar. Benar-benar menghapus semua memoar yang ada dalam lamunan nadhif.
“Sepertinya aku tahu siapa dua orang yang mengirimkan sms disepertiga malam jum`at ini. sudah tidak salah lagi pasti kedua sahabatku. Hanif dan izzudin. mereka juga pasti sedang melakukan hal yang serupa denganku.” ucap nadhif kepada dirinya sendiri.
“Remember to night is Friday night. Don`t forget to pray to Allah Azza wa Jalla. Remember our family. Remember our best friend. Remember our dreams. Egypt is waiting for us. As soon as possible we sure that we will go there. Your best friend. Hanifan Arishi”
“Akhi la tansa al an lailatul jum`at. Hayya binna an nad`ullaha Azza wa Jalla. La nansa ilaa usrotunaa. La nansa ilaa sohibuunaa. La nansa ilaa goyatuuna. Misro yantadziruuna ya akhii. fi waktin sur`ah nahnu sa nadhab ilaa hunaaka Insyaallah. Sohibuka al ahsan. Muhamad Izzudin”
“Dua sms pengingat. Yang satu berbahasa inggris dan yang satu berbahasa arab. Jadi ingat di pondok dulu. Sungguh beruntung hamba diberkahi orang-orang yang baik hati. Terima kasih ya Allah.” gumam nadhif dalam hati.
***
Hanifan Arishi mulai di sibukkan dengan tugas-tugas orientasi kehidupan kampus atau yang lebih akrab disapa dengan ospek di fakultas Teknik UI. Kakak-kakak senior mulai menyibukkan mahasiswa baru dengan tugas makalah yang harus di tulis tangan sebanyak lima buah dan harus dikumpulkan keesokan harinya. Belum lagi tugas untuk membuat project angkatan sesuai dengan basic program studinya masing-mansing. Hanifan Arishi menjadi ketua penanggung jawab untuk pembuatan project yang bertemakan lingkungan. Ia harus memimpin semua mahasiswa baru jurusan tekhnik lingkungan Universitas Indonesia untuk membuat sebuah alat yang merupakan aplikasi dari ilmu fisika yang berhubungan dengan lingkungan. Sebagai solusi dari permasalahan lingkungan yang selama ini sedang melanda Indonesia.
Kemampuan hanif tentu sudah tidak diragukan lagi. Pengalamannya menjadi ketua OPPM (Organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa yang ada di Gontor) di pondok dulu mengajarkan banyak hal tentang kepemimpinan. Akhirnya project lingkungan berjalan sesuai dengan yang diingikan kakak-kakak senior. Bahkan project tahun ini jauh lebih sempurna dibandingkan tahun lalu. Mulai saat itulah hanif selalu menjadi orang yang dapat dipercaya dan tidak diragukan lagi kepemimpinannya. Bahkan di beberapa kepanitiiaan ia selalu menjadi panitia inti. Tidak hanya dalam hal kepemimpinan, seiring berjalannya waktu hanif juga berhasil menjadi mahasiswa yang meraih peringkat IPK tertinggi di jurusannya selama satu semester perkuliahan.
Usaha yang ia keluakan ternyata sebanding dengan apa yang ia peroleh. Pada pergantian kepengurusan ketua Lembaga Dakwah Fakultas Tekhnik Universitas Indonsia yang bernama FUSI (Forum Ukhwah Silatuirahmi Islam) ia terpilih sebagai ketua umum.
“Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Begitu sabda nabi menyarankan kita untuk berbuat baik kepada orang lain. Semoga dengan terpilihnya saya sebagai ketua umum FUSI FT UI Bisa memberikan yang terbaik untuk kita semua, untuk orang lain, untuk kebangkitan islam dan untuk kejayaan islam.” Ucap hanif ketika memberikan sambutan ketua umum FUSI terpilih.
***
Muhamad Nadhif. Selama menjadi mahasiswa tekknik perminyakan Institute Teknologi Bandung, ia lebih banyak meluangkan waktunya untuk mengajar private dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya. Jumlah murid smp dan sma yang ia ajari sekarang sudah lima orang. Dari situlah ia membiayai kuliahnya selama ini, karena ibu aminah sudah tidak bisa memberikan pasokan dana untuk kuliah nadhif, namun ia selalu melantunkan do`a terindah untuk kedua mutiara belahan hati dalam setiap shalat malam yang dilakukannya.
Nilai IPK nadhif tidak terlalu cemerlang seperti halnya hanif dan izzudin. Namun jika dibandingkan dengan teman-teman nadhif satu angkatan, ia masih terbilang cerdas untuk seorang mahasiswa yang super sibuk seperti nadhif. Selain disibukan dengan menjadi guru privat, nadhif juga aktif dalam berbagai perlombaan dan organisasi. Bahkan satu bulan yang lalu nadhif resmi menjadi ketua umum lembaga dakwah kampus Gamais ITB menggantikan agung laksono.
Selama masa perkuliahnya di Bandung ia juga tak lupa untuk menjenguk annisa dan ibunda aminah di Jakarta sesuai dengan janjinya dulu kepada annisa. Biasanya nadhif selalu pulang ke jakarta setiap dua bulan sekali. Setelah ia mendapatkan honor dari kelima muridnya, barulah ia pulang ke Jakarta. Nadhif sadar, selain menjadi seorang mahasiswa ia juga telah menjadi seorang bapak kepala rumah tangga. Ia harus menafkahi ibunda aminah dan adiknya annisa. Ia tidak bisa melihat ibu aminah bekerja terlalu keras dengan usianya yang sudah semakin tua. Sudah cukup besar pengorbanan yang telah di berikan ibu aminah untuk nadhif dan annisa. Bahkan sebulan terakhir kemarin ibu aminah sering sakit-sakitan. Dan terpaksa ketika nadhif pulang ia mengantarkan ibu aminah untuk berobat ke rumah sakit terdekat.
Nadhif adalah tipikal orang yang semangat dalam menjalani hidup. Seberat apapun hambatan dan tantangan yang ia hadapi selama ini, ia hanya menganggap ini adalah ujian dari Allah SWT sebagai pertanda bahwa sang maha pencipta alam semesta masih menyayangi dirinya dan keluarganya beserta orang-orang di sekelilingnya. Dunia ini memang membutuhkan orang yang semangat dan kuat seperti nadhif. Tanpa adanya semangat dalam diri seseorang, ditengah getirnya perjuangan hidup saat ini, niscaya dia tidak akan bertahan. Dengan perkembangan era globalisasi orang lemah dan tidak memiliki semangat yang kuat akan mati ditelan perkembangan zaman.
***
Persahabatan memang selalu membawa kepada kebaikan. Seorang sahabat bukanlah hanya sebatas teman untuk bermain atau berbagi cerita. Makna persahabatan jauh lebih dalam dari pada pertemanan biasa. Seorang sahabat akan selalu bersama walaupun dalam keadaan suka atau duka. Ia selalu rela berkorban untuk orang lain dari pada untuk dirinya sendiri. Izzudin al farabi adalah sosok seorang sahabat yang baik. Maka tak aneh jika ia selalu mendapatkan sahabat yang baik hati seperti dirinya. Selain nadhif dan hanif, ia juga memililiki sahabat terbaiknya di IPB. Muhamad Firdaus al Hamidi adalah sahabat terdekat izzudin saat ini. Bahkan Firdaus dan Izzudin berada dalam satu organisasi lembaga dakwah kampus Al Huriyyah IPB Bogor. Firdaus sebagai ketua umum dan Izzudin sebagai wakil ketua umum. Mereka juga memilih tempat tinggal satu rumah dengan anggota LDK Al Huriyyah yang lainnya.
Malam ini izzudin tidur di atas sofa empuk yang terletak disamping jendela ruang tamu. Ia baru saja pulang dari tempat kerja part time-nya. Sebelum memejamkan mata, izzudin bergegas menuju kamar kecil yang terletak agak jauh dari pintu masuk kamar firdaus. Izzudin membuka dengan sangat perlahan sebuah pintu bercorak donal bebek. Ia tidak ingin mengganggu tidur teman-temannya yang berada di rumah ini. Terlebih ia tidak mau mengganggu firdaus sahabatnya yang baru saja tidur tiga puluh menit yang lalu. Firdaus pulang lebih awal dari tempat kerja part time-nya.
Air wudhu seketika mengalir ke sekujur tubuh izzudin. Masuk melalui pori-pori kulit lalu menjalar melalui system saraf yang berada di seluruh tubuhnya. Hati yang keruh seakan menjadi lebih bening dan terang. Rasa aman, nyaman dan tentram seketika hinggap dalam diri izzudin. Kemudian ia kembali ke ruang tamu dan membentangkan sajadah untuk mengucapkan rasa syukurnya terhadap anugrah dan hidayah yang diberikan oleh sang maha pemurah. Matanya sudah terasa seperti 5 watt. Tak ada energi yang tersisa. Izzudin menyeret tubuhnya ke arah sofa empuk yang sudah ia siapkan sebagai tempat tidur. “Jam dua belas malam” lirihnya sambil melihat jam tangan dan memejamkan mata.
Udara dingin masuk kedalam ruangan melalui lubang-lubang angin yang terletak diatas jendela. Tubuhnya menggigil seperti sedang berada di samudra atlantik. Terbangun sebentar untuk memperbaiki posisi tidur.
Suara isak tangis terdengar oleh kedua kuping izzudin. Namun ia tidak terlalu menghiraukannya, karena rasanya tubuh ini sudah tak sanggup lagi untuk menggerakkan seluruh anggota tubuh yang lainnya. Sampai suara itu membangaunkannya. “Akhi bangun subuh sebentar lagi Tiba”. Izzudin sepertinya mendengar seseorang membangunkannya. Atau mungkin ini hanya hayalannya saja, karena terlalu lelah dan tidak bertenaga. Namun ia yakin sekali ia sedang tidak berada di alam bawah sadar. Ia merasa yakin ada seseorang yang sedang membangunkan tidurku.
“Akhi ayo bangun lima menit lagi adzan subuh akan berkumandang. Mari bergegas bersiap-siap menghadap ilahi” benar sekali ia sedang tidak berada dalam alam bawah sadar. Suara itu terdengar jelas masuk melalui daun telinga izzudin. Suara itu adalah suara sahabatnya sendiri. Muhamad Firdaus Al Hamidi. Dalam keadaan yang masih mengantuk. Kelopak mata rasanya seperti diberi beban yang beratnya ribuan kilo. Izzudin mencoba membuka matanya. Wajah Firdaus yang lembab dengan kedua mata yang memerah sepertinya telah banyak mengeluarkan air mata, tampak jelas di hadapannya.
Izzudin kembali mengerahkan seluruh kemampuan otaknya untuk mengingat-ingat kembali peristiwa yang telah terjadi semalam. Selepas bercinta dengan dzat yang maha perkasa ia langsung tak sadarkan diri melemparkan diri di atas sofa yang empuk. Tanpa terlebih dahulu membereskan kembali sajadah yang ia gunakan untuk sembahyang.
Dan ia melihat keadaannya sudah terbungkus rapi dengan selimut tebal yang melindungi seluruh tubuhnya. Dan ia melihat sajadah sudah berada di tempatnya seperti sedia kala. Ternyata selimut yang izzudin gunakan adalah selimut sahabatnya Muhamad Firdaus Al Hamidi. Suara isak tangis pada waktu sepertiga malam itu adalah suara sahabatnya Muhamad Firdaus Al Hamidi. Sajadah yang tertata rapi ditempatnya juga adalah ulah sahabatnya Muhamad Firdaus Al Hamidi. Suara yang membangunkannya juga adalah suara sahabatnya Muhamad Firdaus Al Hamidi.
***
3 Tahun Kemudian…
Coming Soon Young Islamic Conference 2013, Cairo.
Begitulah pengumuman yang tersebar di berbagai media, baik itu di kampus ataupun di dunia maya. Akhirnya Hanif, Nadhif dan Izzudin mengikuti test tersebut bersaing dengan tiga ribu mahasiswa lainnya di seluruh Indonesia dan akan di pilih empat orang delegasi mahasiswa dari Indonesia. Satu bulan kemudian pengumuman itupun tiba.
SELAMAT KEPADA :
1. Muhamad Firdaus Al Hamidi Mahasiswa Jurusan Agronomi IPB
2. Hanifan Arishi Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan UI.
3. Muhamad Nadhif Mahasiswa Jurusan Teknik Perminyakan ITB.
4. Izzudin Al Farabi Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan IPB
SEBAGAI PERWAKILAN MAHASISWA DARI INDONESIA UNTUK PROGRAM YOUNG ISLAMIC CONFERENCE 2013 at CAIRO, EGYPT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar