MESIR
Mengintip Sisi Lain Mesir
Begitu mendengar nama Mesir, bangunan pyramid boleh jadi akan segera terlintas di benak. Arsitektur kuno yang hingga kini masih menjadi tanda Tanya besar bagi para insiyur modern mengenai tekhnik pembuatan itu memang begitu legendaris dan membawa nama Mesir menjadi Negara yang punya keajaiban dunia.
Namun, mesir yang wilayahnya terbagi dua di antara Benua Afrika dan Aisa ini juga punya hal lain yang tak kalah menarik untuk ditelusuri. Kairo, memang tetap menjadi titik awal perjalanan. Namun, jangan lewatkan untuk mengunjungi area-area sekitarnya yang menawarkan pengalaman lain.
Menatap Wajah Kairo Tua
Adalah Old Cairo atau Kairo Lama, yang juga tak kalah punya nilai histories tinggi. Memasuki wilayah bersejarah itu, mata disambut dengan bangunan masjid yang bersanding mesra dengan greja dan sinogaga, yang menjadi tanda kebesaran toleransi beragama di Mesir.
Sejarah dan kitab suci berbagai agama juga mencatat bahwa lebih dari 2000 tahun lalu, di kota inilah tempat pelarian Yusuf, Maryam dan bayi Nabi Isya dari kejaran Raja Herodes. Raja herodes kala itu berambisi membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir untuk melindungi kedudukannya sebagai raja. Sebagai monument tempat tinggal keluarga muda itu, kini berdiri sebuah gereja Coptic yang terkenal dengan sebutan Hanging Church atau Al Moallaka Church.
Disebut gereja menggantung karena dibangun di atas benteng Romawi yang bagian atapnya diletakkan kayu palem dengan lapisan batu dari benteng sebagai lantainya. Salah satu bagian lantai gereja hanya ditutup kaca, sehingga dengan jelas terlihat tidak adanya dasar kokoh yang melandasi bangunan. Atap gerejanya juga tak berbentuk kubah, seperti yang banyak ditemui di Mesir, melainkan berbentuk seperti kapal nabi Nuh yang terbuat dari kayu.
Tak jauh dari gereja gantung terdapat sebuah sinogaga. Menurut cerita, ditempat itulah nabi Musa ditemukan pertama kali oleh permaisuri Firaun dan kemudian mengangkatnya menjadi anak.
Si Anggun Alexandria
Puas dengan Old Cairo, perjalanan bisa dilanjutkan ke Alexandria, kota yang diluluhlantahkan kemudian dibangun dan dibesarkan oleh Alexander yang agung.
Kota terbesar kedua di Mesir ini terletak sekitar 200 km dari Kairo. Memasuki kota ini, seolah dibawa ke benua Eropa di masa lalu. Betapa tidak. Setiap sudut kota cantik ini dijejali berbagai residensial, rumah makan, kafe, ataupun gereja, yang begitu kental dengan sentuhan arsitektur yunani dari masa Hellenisme.
Hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Di tahun 333 SM, kota ini memang dikuasai Alexander yang agung. Namanya pulalah yang diadaptasi untuk memberi nama kota yang wilayahnya membentang disepanjang 32 km laut mediterania itu. Kini, setiap bangunan, baik residensial maupun komersial, yang telah menginjak usia lebih dari 100 tahun di Alexandria dilindungi dan dijadikan cagar budaya.
Pengaruh yunani memang masih terasa di mana-mana di Alexandria. Bahkan hingga hari ini keturunan Arab-Yunani, hasil perkawinan penduduk Alexandria dan Yunani, masih banyak berseliweran di kota itu. Atmosfir eropa tempo dulu pun kian kental dengan adanya kereta kuda yang siap mengangkut wisatawan yang ingin mengintip suasana Alexandria dengan cara yang berbeda.
Salah satu ikon di kota ini adalah Benteng Qaitbay yang dibangun pada abad 15. Di sekitarnya terdapat pantai yang dipenihu manusia yang betah berlama-lama untuk sekedar menikmati hamparan laut biru sembari merasakan angin yang menerpa wajah.
Yang tak kalah mengagumkan adalah mesjid El Morsy Abu El Abbas yang dibangun pada tahun 1930an dan didesain oleh seorang arsitek Italia bernama Rossi. Masjid masjid ini memancarkan daya tariknya yang dahsyat, dengan kubah tinggi yang penuh ukiran dan ornamen cantik di bagian interiornya.
Museum Terbuka
Tiap sudut mesir memang seolah menyimpan cerita sejaran dan budaya yang memiliki peran besar dalam sejarah perkembangan dunia. Mesirpun punya luxor, sebuah kota yang dijuluki museum terbuka terbesar di dunia. Pasalnya luxor yang di masa lalu bernama thebes, itu didapati monument dan peninggalan bersejarah yang kini berdampingan dengan gedung-gedung modern.
Salah satunya kuil luxor dan kuil karnak yang merupakan situs religius kuno terbesar di dunia. Silahkan terpukau mengagumi kuil batu yang dipenuhi patung-patung batu nan tinggi dan besar, lengkap dengan gambar-gambar hyrogliph pada dindingnya yang bercerita.
Oase di balik Padang Batu
Puas bertualang kota-kota besar di Mesir, saatnya membelah terusan Suez, menuju wilayah mesir yang terletak di benua asia.
Taba bisa jadi pemberhentian berikut, yang berbatasan langsung dengan Israel bagian selatan. Perjalanan dari Kairo menuju Taba ditempuh lewat jalan darat dan memakan waktu 8 jam. Hanya bukit-bukit batu berukuran kecil yang menjadi pemandangan, terlihat silih berganti dengan gurun yang membentang di kiri dan kanan jalan.
Semakin dekat ke taba, perjalanan jadi terasa makin liar. Jalananan lebar dan lurus yang seakan tak berujung berubah berkelok-kelok dan menambah gungung-gunung batu yang menjulang tinggi di kedua sisi jalan. Keahlian sang pengemudi benar-benar diuji disini, mengingat banyaknya tikungan dan sulitnya menebak bentuk jalan karena tertutup gunung.
Yang menakjubkan adalah ketika melewati tikungan yang memperlihatkan pemandangan laut merah yang berwarna kehijauan diantara himpitan dua gunung batu besar. Tikungan ini sekaligus menjadi penanda bahwa perjalanan kian dekat menuju wilayah peristirahatan. Benar saja, tak lama pemandangan didominasi hotel dan resor bintang lima yang berarsitektur unik bagaikan miniature rumah berjajar di sepanjang bibir pantai.
Inilah pemberhentian terakhir dari menjelajahi Mesir yang tiap jengkalnya selalu meninggalkan pesan dan kesan tersendiri. Di sini pulalah tempat yang tepat untuk bermandikan hangatnya matahari, menatap senja dilaut merah, dan mereguk keindahan di sudut Mesir.
( kompas edisi 14 Februari 2010_ info wisata)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar