“The real war is being fought on many fronts; it takes place on economic fronts, in the realms, of ideas and ideals, in covert action and psychological warfare and propaganda. In all the various arenas of competing faiths and competing systems. We could be overwhelmingly superior militarily and still lose if we fail on the economic, ideological, or diplomatic front.”
Seirama dengan pernyataan Richard Nixon, Jaman yang senantiasa berubah menghadirkan tantangan yang juga terus berkembang dan berubah bentuk, tantangan yang muncul bukan hanya dari satu sektor, melainkan dari berbagai sektor. Semua Sektor saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan dampak yang sistemik terhadap perubahan Bangsa Indonesia pada abad 21.
Abad 21 merupakan abad yang paling progresif dalam sejarah umat manusia, maka dari itu akan sangat mempengaruhi cara pandang dan cara bersikap terhadap hambatan, tantangan, dan peluang yang disodorkan dalam cawan zaman abad 21 yang terus menggelegak dan berubah secara cepat. Bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu masa yang penuh dengan persaingan global. Perlu ada perumusan secara komprehensif dalam menghadapi hambatan dan tantangan serta memanfaatkan peluang yang dihadapkan di abad milenium ketiga tersebut. Peran pemuda menuju kebangkitan Indonesia abad 21 merupakan kunci utama dalam menghadapi heroic yang akan terjadi memasuki milenium ketiga abad 21. Pemuda melambangkan semangat yang tak pernah redup, keberanian yang tak pernah luntur dan kekuatan yang tidak mudah hancur. Eksistensi pemuda dalam kancah kebangkitan bangsa sudah tidak diragukan, pemuda memegang peranan penting untuk menentukan masa depan bangsa.
Sejarah bangsa-bangsa di dunia telah membuktikan betapa pentingnya peran kaum muda bagi proses perubahan dalam masyarakat, termasuk bagi Indonesia. Berbicara mengenai pemuda tentu tak lepas dari peran partisipasi pemuda yang besar dalam membangun, menyumbang dan mendukung perkembangan bangsa. Para pemuda adalah harapan bangsa yang akan berjuang demi masa depan negara yang lebih cerah dan akan menjadi pemimpin pada masa selanjutnya. Ronald Heifetz dan Laurie (1998) berpendapat, kepemimpinan masa depan adalah seorang pemimpin yang adaptif terhadap tantangan, peraturan yang menekan, memperhatikan pemeliharaan disiplin, memberikan kembali kepada para karyawan dan menjaga kepemimpinannya. Maka dari itu seorang pemimpin harus memiliki lima pilar utama selama masa kepemimpinannya, yaitu attributed charisma, idealized influence, inspirational motivation, intelectual stimulation dan individualized consideration.
Abad 21 juga mengisyaratkan diperlukannya global leadership dan mind set tertentu. Seiring dengan dinamika perkembangan global, berkembang pula pemikiran dan pandangan mengenai kepemimpinan global, yang akan banyak menghadapi tantangan dan memerlukan berbagai persyaratan untuk suksesnya. Sebagai seorang Pemuda yang akan menjadi pemimpin generasi penerus bangsa harus memiliki setidaknya empat agenda utama pengembangan kepemimpinan pada abad ke-21 agar tetap menjadi champion di abad mega-kompetisi, diantaranya adalah menjadi rekan yang stratejik, menjadi seorang pakar, menjadi seorang pekerja ulung, dan menjadi seorang agent of change. Pemuda Indonesia harus memiliki keunggulan berdasarkan basis pengetahuan, kemampuan berbahasa asing, sikap profesional dan peluang membuka dan mengembangkan akses capital.
Langkah Pemuda pada masa kepemimpinannya akan menentukan perubahan Bangsa Indonesia kedepannya. Kunggulan dan agenda utama yang sudah terstruktur dengan baik, perlu didukung dengan tindakan nyata yang harus dilakukan oleh para pemuda sebagai pemimpin generasi mendatang. Pemuda yang Adaptif dan Produktif di abad yang Progresif harus mampu mengembangkan sebuah visi yang jelas dan menarik, mengembangkan sebuah strategi untuk mencapai visi tersebut, bertindak dengan rasa percaya diri dan optimis, menggunakan keberhasilan sebelumnya dalam tahap-tahap kecil untuk membangun rasa percaya diri dan menggunakan tindakan-tindakan yang dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-nilai utama. Seorang Pemuda juga harus menciptakan, memodifikasi atau menghapuskan bentuk-bentuk cultural guna mendukung terciptanya perubahan melalui cita-cita baru pemuda pembuka abad 21.
“Berikan aku sepuluh orang tua, niscaya akan aku cabut Semeru dari uratnya,
Berikan aku seorang pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!”
~ Presiden Ir. Soekarno dalam pidato Sumpah pemuda 1963 ~
WELCOME
Selama nafas terus berhembus... Selama Jantung terus berdetak... Selama kaki tetap berpijak....
Selama itu pula aku akan bertahan... Bertahan di Dunia Mu... Hanya untuk beribadah Kepada Mu...
Alhamdulillah.... Thanks Allah of Your Blessing... Hiasi Hidup agar lebih hidup.....
Selama itu pula aku akan bertahan... Bertahan di Dunia Mu... Hanya untuk beribadah Kepada Mu...
Alhamdulillah.... Thanks Allah of Your Blessing... Hiasi Hidup agar lebih hidup.....
Selasa, 31 Agustus 2010
SUARA MAHASISWA : Mahasiswa dan Masyarakat Bergerak Bersama Membangun Bangsa
Mahasiswa merupakan representasi kelompok kecil dari sekumpulan “masyaraskat”. Sudah bisa di pastikan bahwa diantara mahasiswa dan masyarakat tidak bisa dipisahkan menjadi dua kubu yang berbeda. karena sejatinya mahasiswa itu sendiri terlahir dari sekumpulan kelompok kecil masyarakat. Namun, di antara klasifikasi masyarakat yang lainnya, mahasiswa adalah kelompok yang dianugerahi kelebihan yang cukup signifikan dibandingkan dengan yang kelompok yang lainnya. Kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional. Sebagai bahan pertanggungjawaban, sudah seharusnya mahasiswa adalah garda depan dalam membangun bangsa Indonesia.
Kontribusi nyata yang dilakukan mahasiswa dalam membangun bangsa Indonesia sudah terlihat jelas dalam beberapa kegiatan baik kegiatan eksternal ataupun kegiatan internal kampus. Dari semua kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa kebanyakan lebih terjun langsung ke lapangan bergabung bersama dengan masyarakat. Hanya saja yang membedakan biasanya dari lapisan mana masyarakat yang mereka pilih untuk menjadi target sasaran kegiatan mereka apakan itu dari masyarakat yang berasal dari golongan menengah keatas atau menengah ke bawah. Selain itu ada juga yang menargetkan sasaran peserta kegiatan berdasarkan usia, ada yang anak-anak, remaja dan orang tua. Tidak banyak pula mahasiswa yang memanfaatkan local wisdom untuk di jadikan sasaran utama kegiatan mereka, tidak penting untuk urusan peserta dari golongan menengah ke atas, atau dari golongan menengah ke bawah, anak-anak, remaja ataupun orang tua.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikulturalisme, dengan beraneka raga budaya, beranekaragam pula masalah yang sering muncul. Tentu hal tersebut membutuhkan solusi yang tepat dalam menanggulangi semua masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Disinilah peran mahasiswa dibutuhkan untuk menjadi agent of change, generasi perubahan melalui kegiatan pembaharuan sebagai bukti nyata dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Mahasiswa yang mampu berpikir kreatif, solutif dan kontributif inilah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Mahasiswa merupakan sekelompok kecil dari masyarakat yang peka dan peduli terhadap permasalahan di sekitarnya, seiring dengan ilmu pengetahuan dan tingkat pemahaman serta kecerdasan yang dimiliki oleh mahawiswa menuntutnya untuk kritis dalam menyikapi pola permasalahan yang sering muncul di sekitarnya. Melalui tridarma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, mahasiswa harus turut serta mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan di perguruan tinggi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai perguruan tinggi yang terdapat dalam tridarma perguruan tinggi, khususnya adalah pengabdian kepada masyarakat.
Bangsa yang maju dan mampu bertahan di era globalisasi adalah bangsa yang dapat menggabungkan semua elemen masyarakat yang ada didalamnya, tidak hanya dari segi pemerintahan yang fungsinya memegang peranan sentral terhadap semua kebijakan dalam kemajuan suatu bangsa, tetapi juga membutuhkan dukungan serta peran aktif dari elemen lainnya, seperti halnya mahasiswa dan komunitas masyarakat itu sendiri. Benang merah dari penjabaran di atas adalah perlu adanya sinergisitas peran pemerintah, institusi pendidikan dan komunitas sosial dalam membangun suatu bangsa.
Muhamad Soleh
Mahasiswa Fisika FMIPA
Universitas Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)